Rabu, Agustus 26, 2009

Jangan Berpikir ke Surga Cukup Bermodal Bawa Bom


suarasurabaya.net| QURAISH SHIHAB Direktur Institut Ilmu Al-Quran menegaskan, kekeliruan menafsirkan ajaran agama jangan hanya dilimpahkan pada ulama. Masyarakat, budayawan, politisi, media, dan pejabat semuanya harus ikut bertanggungjawab mengapa sampai salah dalam penafsiran.

Kalau kekeliruan ini tidak segera diluruskan apalagi dihubung-hubungkan dengan surga yang menjadi hak prerogatif Tuhan, orang akan berpikir untuk mencapai surga cukup dengan modal bom. Tidak perlu shalat, puasa, beramal dan berbuat kebajikan yang lain.

Berbicara tentang agama dan teroris di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI), Selasa (11/08), QURAISH SHIHAB seperti dilaporkan JOSE ASMANU reporter Suara Surabaya mengatakan, kesalahan penafsiran itu terjadi karena buku-buku yang diajarkan sudah berumur seribu tahun yang lalu dan dibuat kelompok fundamentalis di masa konflik.

Fundamentalis dalam Islam bermula pada DAUD ADZ-DZOHIRI seorang ulama yang wafat sekitar tahun 850-an. Dia tidak ingin menggunakan akal, hanya berpegang pada tekstual, tidak pada substansial dan paham ini masih ada sampai sekarang.

Kata QURAISH SHIHAB, salah kalau teror bom yang dilakukan teroris di Indonesia diartikan bagian dari jihad dan diyakini pelakunya langsung masuk surga.

Keimanan seseorang tidak diukur dari panjangnya sorban dan jenggotnya serta keberanian melakukan bom bunuh diri, tapi dari kesungguhan menjalankan perintah agamanya secara utuh dan benar, kata QURAISH SHIHAB. [Audio On Demand]

Dengan penjelasannya ini, mantan Meteri Agama RI di era Pemerintahan SOEHARTO minta masyarakat tidak lagi menghubung-hubungkan agama apapun dengan aksi teror, meskipun mereka ada yang menggunakan simbol-simbol agama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar